Antar-Jemput

Kita mungkin sebagian besar sudah mendengar istilah “Mamah Rempong”. Ini adalah sebutan bagi ibu-ibu muda yang sibuk mulai antar-jemput sekolah,  antar-jemput les, arisan, pengajian,  memasak buat keluarga, mengurus rumah, bahkan sampai ngurusi olshop. Pokoknya sibuk deh…… Mereka tidak kalah sibuk dengan yang bekerja atau berbisnis.

Mamah rempong hidup di era millenial. Maka mereka tidak akan pernah lupa untuk ngeksis di Sosmed. Kalau saya sering mantau di Instagram. Apapun kegiatan mereka musti lapor ke sosmed. Foto dengan berbagai pose dan latar belakang  Mamah Rempong butuh eksistensi. Foto-foto mereka bertebaran di Instagram. Prinsip mereka adalah “Aku Posting Maka Aku Ada”.

Saya juga pelaku antar-jemput anak. Tapi saya laki-laki maka bukan seorang Mamah . Saya bekerja tapi saya masih merasa santai jadi tidak Rempong. Saya menikmati ritual antar-jemput. Tapi, rasanya belum pantas untuk mengeksiskan. Kalau cuman mau berbagi cerita ritual ini maka ini sedang saya lakukan

Ritual antar-jemput sudah saya lakukan sejak mahasiswa. Lho kok bisa…? Anak saya yang sulung masih TK B, lha kok sudah menjalani sejak mahasiswa. Ini ceritanya panjang.

Saya baru punya adik tatkala usia 12 tahun. Hampir menjadi anak tunggal. Eitss… Allah SWT berkehendak lain. Kelahiran adik saya bersamaan dengan saya menjalani UAN SD di hari pertama.

Ketika sang adik masuk SD. Saya di bangku kuliah di semester awal. Bapak ditugaskan di luar kota. Ibu sebagai guru yang harus mengajar sejak pagi sampai siang. Maka saya yang mendapat tugas antar-jemput adik. Saya jalani aktivitas ini sejak adik saya di bangku SD kelas 1.

Ternyata….. Saya tidak hanya antar jemput namun juga mengambil raport. Saya bermain peran sebagai orang tua kalau pas menerima raport. Rasanya gimana gitu….

Ritual antar-jemput anak sudah berlangsung 4 tahun. Ini terhitung sejak si Ifa masuk KB / Playgroup kecil. Dia termasuk anak yang rajin. Dia jarang izin atau bolos. Kalau nggak masuk sekolah maka nggak tenang. Sebenarnya, bapaknya pengin sekali-kali dia bolos. Saya penginnya sedikit nyantai. Ah mosok, Ritual antar-jemput tanpa henti. Hahahaha…

Rasanya gimana gitu pas antar-jemput anak. Pokoknya menyenangkan. Saya bisa bertemu berbagai macam orang. Hasrat untuk mengobrol tersalurkan dengan sesama penunggu. Penunggu ada berbagai macam mulai Mamah Rempong, Ayah, kakek/nenek sampai dengan pembantu.

Sesuatu yang paling menyenangkan adalah bisa “jajan” di kantin sekolah bersama anak-anak TK. Kalau jajan di TK itu rasanya lebih happy. Anak-anak khan happy terus. Auranya menembus kalbu.

Ada lagi yang menyenangkan dari ritual ini. Saya berkenalan dengan guru-guru yang jago mendongeng. Karena intesitas komunikasi yang tinggi. Sampai-sampai, Saya meminta tolong mereka membuat acara mendongeng di masjid-masjid  kawasan padat penduduk atau bantaran sungai di kota Solo. Acara ini diadakan rutin setiap bulan dan sudah 2 tahun berjalan sampai sekarang.

Pelatihan Dongeng rutin untuk guru TK-TK di kawasan padat penduduk atau bantaran sungai di kota Solo juga saya wujudkan. Mereka yang mengisi dan menghandle acara pelatihan. Mereka adalah guru-guru TK dimana anak saya bersekolah. Menyenangkan bukan?

Ya, itu tadi ritual saya. Ritual Antar-Jemput.

 

2 responses to “Antar-Jemput”

  1. Winny Marlina Avatar

    kalau zaman dulu sebutan rempong apa ya kak?

    Like

    1. zaki19482 Avatar

      Orang Sibuk, hehehehe…Perkiraan aja

      Like

Leave a comment

Zaki Setiawan

Let’s connect