Kemarin, saya janjian bertemu teman di Rumah Makan depan Rumah Sakit PKU Solo. Urusan selesai, Saya langsung pulang. Tiba-tiba, Terbersit pengin beli intip goreng. Penganan favorit saya. Ada yang rasa manis atau asin. Saya suka yang asin. Karena berasal dari nasi maka cocok yang asin saja. Itu menurut saya lho…!!!! Hehehehe…!!!
Intip adalah makanan sisa. Bagaimana nggak sisa karena intip itu adalah kerak nasi. Jika kita menanak nasi menggunakan kendil atau periuk. Otomatis, kita sekaligus menghasilkan intip. Intip itu ada yang tebal dan tipis. Tergantung cara menanak nasi dan lamanya. Tetapi, ini terjadi hanya di kendhil atau Periuk.
gambar diambil dari sini
Kata orang dulu, intip itu enak dimakan dengan parutan kelapa. Intip yang masih hangat ditaburi parutan kelapa. Hmmm…!!!! Rasanya nikmat sekali. Sayang, saya nggak pernah sama sekali makan yang model ginian. Ibu yang menanak nasi maka intipnya di jemur. Setelah kering betul kemudian digoreng. Sekarang udah nggak, karena ada rice cooker.
Intip itu makanan dengan derajat yang rendah saat itu. Siapapun bisa membuat intip goreng. Sebuah rumah tangga mesti menanak nasi. Bagi yang menanak nasi seringkali menghasilkan intip. Persediaan melimpah dan jarang ada yang beli. Harga intip sangat murah. Karena antara supply dan demand tidak imbang. So, harga terjun bebas.
Kejayaan alat penanak nasi yang bernama Kendhil atau Periuk memudar. Seiring dengan hadirnya peralatan elektronik yang baru yaitu Rice Cooker , Magic jar dan Magic Com. Kendhil digeser secara masif. Kendhil ditinggalkan karena tidak praktis. Bersamaan dengan surutnya kendhil maka Intip menghllang dari Pasaran.
Manusia suka bernostalgia dengan masa lalu. Semakin menghilang semakin dicari. Ini cuman analisis ngawur saja. Maka, demand intip naik dan supply terbatas. Hukum ekonomi berlaku lagi. Harga intip menjadi mahal. Harga intip utuh yang asli bisa diatas 10 rb. Intip dulu dibuang saja sekarang naik derajat.
Intip itu satu marga dengan Rengginan. Rengginan dibuat dari beras ketan dan bukan produk samping. Intip sejatinya adalah produk samping dari menanak nasi. Karena permintaan meningkat maka dibuat tiruannya. Intip tiruan dibuat dari nasi juga dengan cetakan. Intip buatan bukan produk samping namun produk utama. But, rasanya jauh dari intip asli.
gambar diambil dari sini
Intip asli harganya lebih mahal dari intip buatan. Inilah harga dari sebuah orisinilitas. Hehehehe…!!!!! Kalau saya makan intip maka serasa kembali ke masa kecil. Dulu, Jika Nasi menjadi gosong merasa senang. Gosong artinya disitu ada intip yang tebal. Ini adalah makanan nostalgia. Buat adik saya yang lahir di medio 90-an mungkin tidak terlalu menarik.
Jika anda pernah menanak nasi dengan kendhil. Makan intip itu nikmat. Hahahaha..!!!! Teori ngawur lagi. Baca saja tulisan di padeblogan maka akan anda temui tulisan berjudul intip. Guskar menulis lengkap tentang intip. Nostalgia masa kecil beliau.
Jika anda penasaran dengan intip maka dicoba saja. Rasanya ya gitu-gitu aja. Kayak nasi tapi agak keras. Ya iyalah, namanya saja kerak. Teksturnya keras dan empuk bercampur nasi. Saya suka intip karena teksturnya yang unik. Sembari mengenang masa kecil dulu.
Intip yang dijual biasanya intip goreng. Ada dua pilihan rasa yaitu asin dan manis. Kalau di Solo, Intip goreng dijual di toko oleh-oleh khas solo. Ada berbagai pilihan misal;: Toko Pak Mesran, Toko Cokro, Abon Varia atau Pusat oleh-oleh yang ada di Pasar Jongke.
Favorit saya adalahToko Cokro. Harganya lumayan murah dibandingkan dengan toko lain. Lokasinya di Jl Dr Rajiman Solo. Tepatnya didepan Pusat Oleh-Oleh Solo Pasar Jongke. Kalau anda berjalan dari Stasiun Purwosari berjalan ke selatan sampai ketemu Traffic Light pertama kemudian belok ke kanan. Lokasinya sebelah selatan jalan sebelum Jembatan.
Selamat bernostalgia masa kecil sembari makan intip goreng…!!!!
Leave a comment