,

BUDAYA MEMBACA

Dahulu, ketika saya masih mahasiswa. Mahasiswa baru intens masuk perpustakaan ketika mengerjakan skripsi. Kalau hanya duduk berjam-jam hanya membaca buku. Rasanya sangat membosankan sekali. Endingnya adalah tertidur sambil memegang buku. Padahal bukunya belum tentu terbaca. Sama saja dengan saya. Hehehehe..!!!!

Membaca itu ternyata sebuah kebiasaan. Kalau yang addict bisa jadi kebutuhan, kalau yang gaya doang paling banter ditenteng. Era sekarang sedikit berbeda. Buku yang dibawa bukan buku biasa, namanya e-book. Bukunya berbentuk file yang tertanam dalam gadget. Kalau baca tinggal buka gadget dan baca. Kalau saya sering berakhir dengan ber-sosmed ria.

Banyak sekali buku diterbitkan mulai resep makanan, novel sampai dengan Tips & Trik SEO. Ini adalah tanda dari peningkatan minat baca.  Heehehehehe…!!!! Alhamdulillah, kita sudah punya budaya membaca yang lebih baik. But, saya belum tahu budaya membaca yang baik itu bagaimana?

Bangsa Israel adalah bangsa yang suka membaca. Paling tidak menurut blog izzatunissa. Saya setelah blogwalking ternyata mereka gila baca. Merek benar-benar gila. hahahahaha…!!!!!! Mereka membaca langsung dari buku yang tebal-tebal dan butuh mikir. Itu bagian yang sulit. brrr….!!!!!

Coba baca kutipan dari blog izzatunisa :

Saya sedang membuka chapter dua puluh lima buku di tangan ketika seorang bapak berusia tiga puluhan bangkit berdiri dan mengambil smartphone dari tangan anak lelaki yang saya taksir berusia Sembilan atau sepuluh tahun, dengan bahasa yang saya tidak mengerti sang ayah seolah menasihati anaknya untuk tidak berlama-lama berkutat dengan game di telepon genggam canggihnya.
Bangsa jewish yang menemukan smartphone namun membatasi penggunaan smartphone. Lha iki piye..!! mereka yang cerdik, kita yang dibanjiri smartphone. Tulisan mbak izza memang kasuistik tapi menarik. Karena mereka lebih suka baca dari buku yang berat di otak saya.

Si sulung membaca novel kontemporer karangan John Green, sang ibu membaca buku setebal kurang lebih dua ratus halaman, dan entah apa yang dibaca sang ayah, namun kesamaannya adalah buku mereka sama-sama ditulis dalam bahasa Ibrani (Hebrew). Sang kakak sulung untuk menghentikan adiknya yang merajuk membongkar tasnya dan merogoh buku bacaan lain dan menyodorkannya ke si adik kecil usia Sembilan tahun.

Ini yang mengerikan sekali. Mereka menunggu penerbangan di Bandara. Dalam keadaan yang sama (menunggu jadwal penerbangan). Saya pilih ngobrol dengan orang yang duduk disebelah saya dan saya yakin jika istri pilih tidur sedangkan . Wah, sulit sekali dilakukan buat kami. Hahaha…!!!

Kalau orang kepepet biasanya akan berjuang. Bangsa Israel juga begitu. Jumlah mereka nggak banyak hanya sekian persen dari total penduduk dunia. Sadar jumlahnya sedikit maka harus maju. Mereka mengawali dengan membentuk kebiasaan yang progresif. Salah satunya adalah membaca.

Budaya membaca mereka sudah di tingkat advance. Mereka membaca bukan sekedar mencari hiburan. Mereka membaca bukan gaya-gayaan. Meski awal budaya membaca bisa diawali dengan gaya-gayaan. Mereka membaca sudah jadi kebutuhan. Kayak manusia kalau tidak makan ya lapar.

Dulu pernah geger di jagad maya. Mark Zuckerberg berencana membaca buku Muqaddimah karya Ibnu Battutah. Buku opo iku? Anak itu sudah kaya dan hidup nyaman kok susah-susah amat mau baca buku kayak gitu. Lha apa manfaatnya? Mungkin, Otak saya yang belum bisa memikirkan. Begitu kiranya khusnudzon saya. Hahahaha….!!!!!

Apa ya saya bisa ? mempunyai budaya membaca tingkat advance. Bangsa Israel sudah memilih jenis bacaan lebih berkualitas dan dilakukan oleh anak kecil lho bukan mahasiswa. Emang aneh bangsa Israel itu ya.

Baca komik itu penting untuk nutrisi otak kanan, baca berita gosip itu “harus” agar selalu update. Tapi kalau saya hanya baca buku sekelas “jajanan pasar”. Apa saya ya tambah pinter?

Wah, jadi ngelantur nih. Saya hanya ingin kontemplasi saja. Jangan sampai saya hanya suku baca “judul berita” saja dan nggak peduli isinya. But, baca MADILOG karya TAN MALAKA saja sulit sekali saya pahami.

Emang otak saya sudah mampet atau masih harus dilatih dengan bacaan rumit. So, dengan buku berat bisa nyambung dan nggak pusing. Ibarat mobil sudah terbiasa tanjakan. Kayaknya itu perlu latihan . hehehehehe…!!!!

Marilah kita baca buku. Apapun bentuk bukunya mau yang asli atau e-book. Mulai dari yang santai sampai serius. Mulai Koran sampai buku tebal. Mulai komik sampai karya sastra. Mulai yang fiksi sampai science.

lha kok sulit tenan ya. 😀

 

10 responses to “BUDAYA MEMBACA”

  1. naniknara Avatar
    naniknara

    harus dibiasakan dari kecil.
    Ortunya memaksa diri sendiri untuk suka membaca, maka anaknya akan mengikuti tanpa perlu dipaksa

    Liked by 1 person

    1. zaki19482 Avatar

      Model Teladan memang lebih efektif ya, hmm…!!!

      Like

  2. Rahmat_98 Avatar

    Ampe sekarang juga ane masih belum faham kalo baca MADILOG nya Tan Malaka… 😀
    Tapi tetap berusaha untuk membaca dan memahami semua karya beliau…

    Liked by 1 person

    1. zaki19482 Avatar

      Mantap, emang harus gitu ya 🙂

      Like

      1. Rahmat_98 Avatar

        Terima kasih non…

        Liked by 1 person

  3. alrisblog Avatar

    Di tingkat mahasiswa kita membaca dipaksa karena tugas, dan sedikit “gaya.” Waktu kuliah dulu saya yakin mahasiswa ke perpustakaan banyak untuk pelarian, bukan karena kebutuhan.
    Maka saya salut buat mereka yang mapan secara ekonomi tapi masih gila membaca.

    Kalo saya sendiri membaca buku angin-anginan. Jika lagi pengen bisa rutin membaca, kalau lagi malas bisa gak membaca berhari-hari. Kacau, kalau gak punya niat kuat, ya hehe…

    Liked by 1 person

    1. zaki19482 Avatar

      iya setuju, nggaya . hehehehe…!!!!

      Like

  4. dani Avatar

    Wadududuh. Merasa ditampol saya Mas. Udah dua bulan ini belum menamatkan satu buku pun. Makasih Mas Zaki. 🙂

    Liked by 1 person

    1. zaki19482 Avatar

      Sama2 mas, kita semua belajar 🙂

      Like

Leave a comment

Zaki Setiawan

Let’s connect